Perubahan yang sangat cepat di era industri 4.0 atau juga disebut dengan disrupsi membuat sarjana tidak cukup hanya mengandalkan indeks prestasi tinggi, tapi dibutuhkan kemampuan adaptasi melalui kolaborasi komunikasi serta inovasi.
“Kompetensi komunikasi, kolaborasi dan kreatifitas untuk melahirkan inovasi menjadi syarat penting dalam menjawab kebutuhan dan tantangan di era revolusi industri 4.0,” kata Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti), Prof. Ibnu Hajar saat menyampaikan pidato wisuda hari pertama Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Sabtu (19/12). Wisuda dilaksanakan secara marathon selama empat hari yang dibagi tujuh sesi sampai ( 23/12) di auditorium kampus utama UMSU di Jalan Muhtar Basri Medan.
Dijelaskan, perguruan tinggi hari ini dituntut untuk mampu melakukan transformasi dan perubahan yang luar biasa karena perubahan yang begitu cepat. Revolusi industri 4.0 atau disebut era disrupsi RI-4.0 tidak memberi jaminan seorang sarjana dengan IPK tinggi bisa sukses dan mampu memainkan peran terbaik.
Maka perguruan tinggi lanjutnya, tidak cukup hanya memberi bekal pengetahuan, tapi sekaligus kompetensi yang memungkinkan mahasiswa lebih adaptif menghadapi perubahan. Hal ini relevan dengan gagasan kampus merdeka yang disampaikan Mendikbud, Nadiem Makarim
Lebih lanjut, gagasan tentang kampus merdeka bukan berarti ijazah menjadi tidak penting. Ijazah yang diterima seperti sebuah tiket untuk memasuk gelanggang besar dimana pertarungan baru sedang berlangsung. ” Hanya lulusan yang memiliki visi ke depanlah yang sukses mendapat tiket kemenangan selanjutnya,” katanya.
Terkait dengan Program Kampus Merdeka yang menjadi kebijakan Kemendikbud Nadiem Makarim, Prof. Ibnu Hajar menjelaskan adalah adanya upaya terus menerus dalam melakukan transformasi dan akselerasi dalam tatakelola perguruan tinggi. Kampus merdeka memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang mampu menjawab kebutuhan jamannya.
Jelas Ibnu Hajar melalui Kampus Merdeka akan diciptakan ruang kepada dosen dan mahasiswa sebuah proses pendidikan yang fleksibel dimana nantinya adanya kesempatan memberikan mahasiswa untuk belajar di luar progam studinya disamping memberi ruang untuk proses belajar dilapangan seperti magang untuk mendapatkan pengalaman baru.
Ibnu Hajar memberi contoh adanya kampus Fakultas Kedokteran yang melakukan intership antar kampus dan antar negara. Diharapkan UMSU sudah dan akan melakukan program itu, harap Kepala L2DIKTI itu.
Sementara Rektor UMSU Assoc. Prof.Dr. Agussani MAP pada pidato wisudanya menjelaskan, pandemi Covid19 memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Penerapan PSBB dibanyak daerah telah mengubah prilaku hidup masyarakat. Salah satunya adalah, semakin berkurangnya orang berkunjung kerumah sakit, Mengutip rilis MarkPlus, pada Juni 2020, sebanyak 71,8 persen responden mengaku tak lagi mengunjungi rumah sakit.
Kata Agussani, kini masyarakat telah mengubah cara mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan berbagai aplikasi seperti e-Kesehatan, hallodok, halodokter serta pulse.
Perubahan ini harus menjadi perhatian semua wisudawan terkhusus lulusan dari Fakultas Kedokteran. Pada sisi lain kebijakan pemerintah melalui UU No.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik dimana jumlah pembayaran dengan menggunakan transaksi elektronik dan kartu digital terus meningkat yang dipastikan membawa perubahan dibidang ekonomi.
Agussani berharap semua wisudawan memahami perubahan dan cepat melakukan perubahan polapikir.
Pelaksanaan wisuda sarjana dan magister UMSU diikuti sebanyak 1.617 orang terdiri dari Program Pascasarjana sebanyak 128 orang, Fakultas Hukum 140 orang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 201 orang, Fakultas Kedokteran 173 orang, Fakultas Teknik 158 orang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 136 orang, Fakultas Agama Islam 86 orang. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 451 orang, dan Fakultas Pertanian 144 orang.
Pelaksanaan wisuda dilakukan selama 4 hari dengan tujuh sesi, dimulai Sabtu (19/12/2020) dan berakhir pada 23 Desember 2020.